Puisi by : Mhd. Wildan 

Puisi ini adalah cermin perjalanan batin yang menyingkap dua wajah kehidupan. Jejak Dan Fajar mengajarkan bahwa di balik air mata, selalu ada yang setia menuntun langkah untuk kembali percaya. Sementara Angin dan Menara Tua mengingatkan bahwa kebebasan jiwa tak pernah bisa dikurung, sebab angin selalu menemukan jalannya. Bersama keduanya menuturkan bahwa harapan dan kebebasan adalah kekuatan yang menjaga manusia tetap tegar menghadapi hidup.


JEJAK DAN FAJAR

Malam gelap
dan hujan deras.
Langkah pelan
di tanah tandus.

Air mata jatuh
membasahi pipi.
Langit terdiam
menutup diri.

Jalan berliku
tak tahu tujuan.
Sepi menunggu
tanpa jawaban.

Di antara sunyi
ada doa terucap.
Meski bergetar
ia tetap tegap.

Bulan samar
di balik awan.
Cahaya redup
tetap bertahan.

Hati remuk
bagai kaca pecah.
Namun di celahnya
Ada semangat.

Pagi menjelang
dengan sinar berkilau.
Burung bernyanyi
menyapa jiwa.

Langkah kembali
meski goyah.
Ada keyakinan
yang tak musnah.

Malam gelap
dan hujan deras.
Fajar jauh
namun tak lepas.



Angin dan Menara Tua

sebuah menara tua
tidak bisa menahan angin
yang selalu ingin berkelana

angin adalah sahabat cakrawala
dan di celah batu retak
ia merasa yakin
bahwa jalan selalu ada

langit tanpa angin
adalah lautan membisu
tanpa gelombang yang hidup

tujuh arah, tujuh perjalanan
tujuh sunyi, tujuh penantian

angin berlari jauh
menyapu kota dan ladang
menyisir wajah-wajah letih

angin di menara tua
diam sebentar
belajar mendengar dirinya

hidup adalah riak-riak rahasia
yang lahir dari napas bumi
dan bila hati tak teguh
mata kita hanya menatap debu

angin kembali berlari
mengguncang sunyi dengan setia
dan ia akan menegur telingamu
wahai kamu yang membungkam dunia