Tumbuh dalam Imajinasi

Pernahkah kamu merasa dunia nyata terlalu kaku untuk hatimu yang lembut? Atau mungkin kamu pernah menatap langit di sore hari dan membayangkan kehidupan yang berbeda?
Tenang. Kamu tidak aneh. Kamu hanya sedang tumbuh… di dalam imajinasi.
Di era yang serba instan, cepat, dan penuh tekanan ini, imajinasi sering kali dianggap remeh. Kita diajarkan untuk realistis, efisien, dan logis. Tapi sayangnya, tidak semua hal dalam hidup bisa diselesaikan dengan logika. Kadang, yang kita butuhkan adalah ruang dalam hati untuk membayangkan dunia yang lebih baik.
Imajinasi adalah taman kecil di kepala kita yang tak bisa dijajah oleh siapa pun. Di sanalah kita bisa bebas. Membayangkan, mencipta, menyembuhkan, bahkan menemukan versi terbaik dari diri kita yang belum sempat tumbuh di dunia nyata.
“Imajinasi bukan pelarian, tapi pupuk bagi harapan.”
Kalau kamu perhatikan, tren konten sekarang banyak yang bernuansa “soft escape.”
Ada video healing vibes, journaling estetik, puisi visual, ilustrasi digital penuh warna pastel, bahkan podcast yang mengajak kita melamun sambil minum teh.
Itu semua bukan tanpa alasan.
Anak muda zaman sekarang lelah dengan ekspektasi, dengan perbandingan, dengan standar kebahagiaan yang tak pernah cukup.
Maka banyak dari kita yang mencari kenyamanan di ruang-ruang yang lebih personal, dan salah satu ruang itu adalah imajinasi.
Imajinasi bukan sekadar memikirkan hal yang tidak nyata.
Ia adalah benih kreativitas.
Ia adalah pengantar harapan.
Ia adalah penggerak lembut yang membawa kita melewati hari-hari sulit.
Tanpa imajinasi kita tidak akan punya karya seni, lagu cinta, startup, novel inspiratif, desain, atau bahkan cita-cita.
Semua hal yang indah dalam hidup ini, dimulai dari satu hal kecil seseorang yang berani membayangkan.
Di saat dunia berkata, “Ini tidak mungkin.”
Imajinasi berkata, “Coba saja dulu.”
Di saat dunia membatasi langkahmu dengan kenyataan,
Imajinasi datang menyodorkan jalan baru yang belum pernah kamu pikirkan sebelumnya.
Menumbuhkan imajinasi adalah cara kita merawat jiwa. Memberi ruang bagi diri sendiri untuk tetap bermimpi, walau hidup sedang tak ramah.
Itu bukan kelemahan. Justru itu kekuatan.
Saat kamu membayangkan jadi penulis hebat, desainer kelas dunia, traveler yang mengelilingi benua, atau ibu rumah tangga yang bahagia dan tenang, itu bukan halusinasi, itu adalah kompas batin yang memberi arah.
Kita mungkin belum sampai ke sana sekarang, tapi dengan membayangkannya setiap hari, kita sedang mengarahkan langkah menuju ke sana, sedikit demi sedikit.
Kabar baiknya, kamu tidak butuh alat canggih atau skill mahal untuk berimajinasi.
Kamu hanya butuh berani percaya bahwa kamu layak hidup lebih baik.
Bermula dari membayangkan pagi yang damai, hubungan yang sehat, pekerjaan yang kamu cintai, hingga dunia yang penuh kebaikan semua itu bisa kamu bentuk di dalam pikiran.
Dan lambat laun, dunia nyata akan mengikuti energi yang kamu pancarkan.
Di tengah dunia yang sering keras, bising, dan penuh tekanan, mari kita jaga satu hal yang lembut dan penuh harapan yakni imajinasi.
Bukan untuk lari, tapi untuk terus belajar mencintai hidup, dengan cara yang paling kita mengerti.
Karena kadang tumbuh tidak selalu terlihat dari pencapaian. Tapi dari keberanian kita untuk terus membayangkan versi diri yang lebih bahagia.
Yuk beri ruang untuk imajinasimu hari ini.
Ceritakan pada dunia bahwa kamu tumbuh dengan caramu sendiri.