Tutorial: Cara Membuat Puisi yang Baik

Langkah-langkah membuat puisi dalam gaya ilustrasi minimalis

Menulis puisi itu sebenarnya bukan soal bisa atau tidak bisa. Bukan pula tentang harus puitis, rumit, atau penuh bahasa yang indah-indah. Menulis puisi adalah soal kejujuran dalam menyampaikan perasaan, pengalaman, dan cara pandang kita terhadap sesuatu entah itu cinta, kehilangan, kesepian, atau kebahagiaan yang tidak bisa kita ungkapkan secara biasa.

Namun, jika kita berbicara soal puisi yang baik, maka ada beberapa hal penting yang perlu kita perhatikan, baik dari segi isi, teknik, maupun kekuatan bahasa.

1. Pahami Apa Itu Puisi Secara Esensial

Puisi bukan sekadar barisan kata-kata yang indah. Puisi adalah bentuk ekspresi yang padat, penuh makna, dan emosional. Dalam satu bait puisi, bisa tersimpan pengalaman bertahun-tahun, luka yang dalam, atau perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata biasa.

Secara umum, puisi modern lebih mengutamakan isi, emosi, dan ketepatan diksi (pemilihan kata) daripada sekadar rima atau bentuk formal. Jadi kamu tidak perlu memaksakan puisi harus berima "a-a-a-a" atau harus punya bait panjang.

2. Tentukan Tema dan Suasana

Sebelum menulis, tentukan lebih dulu tema apa yang ingin kamu angkat. Tema akan menjadi fondasi puisi yang kamu bangun. Misalnya:

  • Tentang cinta yang tidak sampai
  • Tentang masa kecil yang hilang
  • Tentang hubungan dengan Tuhan
  • Tentang rindu yang tidak bisa diungkapkan

Setelah tema, pikirkan juga suasana yang ingin kamu hadirkan, apakah ingin terasa sepi, hangat, getir, pahit, atau menyentuh?

Menentukan tema dan suasana ini penting agar puisi yang kamu tulis terasa utuh, tidak melebar ke mana-mana, dan lebih kuat secara emosi.

3. Gunakan Imaji dan Citraan

Puisi yang bagus itu bisa "menghidupkan" kata. Ia membuat pembaca bisa melihat, mencium, mendengar, menyentuh, atau merasakan apa yang kamu sampaikan, seolah-olah mereka ikut berada dalam perasaan atau pengalaman itu.

Ini yang disebut sebagai citraan (imagery). Contohnya:

  • Daripada menulis "Aku sedih", lebih kuat jika kamu tulis "Aku duduk dalam hujan yang lupa reda sejak kamu pergi."
  • Daripada "Aku rindu", bisa kamu tulis "Langit sore ini terasa kosong, seperti panggilan yang tak pernah kau angkat."

Citraan seperti ini jauh lebih menggugah karena pembaca diajak merasakan, bukan hanya membaca informasi.

4. Gunakan Diksi yang Kuat dan Bermakna

Diksi adalah pemilihan kata. Dalam puisi, kata-kata harus tepat, kuat, dan penuh makna. Karena puisi itu padat, maka setiap kata harus bekerja. Tidak boleh ada kata yang sekadar pelengkap tanpa makna.

Kata-kata seperti luka, sunyi, gugur, nyala, memudar, membatu, memeluk, mengabur  adalah contoh kata-kata dengan daya puitis tinggi karena bisa mewakili banyak makna tergantung konteks.

Hindari kata-kata yang terlalu umum atau klise seperti "aku sangat mencintaimu", "kau cantik sekali", atau "aku sedih sekali", karena kurang menggambarkan kedalaman rasa. Gantilah dengan ekspresi yang lebih spesifik dan berlapis.

5. Gunakan Gaya Bahasa (Majas)

Dalam puisi internasional, penggunaan majas tidak harus banyak, tapi harus tepat. Beberapa majas yang sering digunakan:

  • Metafora: Menggambarkan sesuatu dengan membandingkan secara langsung (tanpa kata “seperti”). Misal: "Kau adalah luka yang kupeluk tiap malam."
  • Simile: Perbandingan yang menggunakan “seperti” atau “bagai”. Misal: "Hatiku hancur seperti kaca jatuh di lantai sunyi."
  • Personifikasi: Memberi sifat manusia pada benda mati. Misal: "Langit menangis saat kau pergi."

Penggunaan majas ini akan memperkaya puisi dan memberi nuansa lebih mendalam.

6. Atur Struktur dan Ritme Puisi

Struktur puisi internasional tidak selalu terikat oleh aturan klasik seperti soneta, pantun, atau haiku. Yang terpenting adalah:

  • Setiap bait dan baris memiliki fungsi dan makna
  • Tidak ada kata yang mubazir
  • Ada alur emosional yang mengalir dari awal ke akhir

Puisi modern biasanya lebih bebas, tapi tetap menjaga ritme, yaitu alunan atau irama dalam pembacaan puisi. Ritme bisa terbentuk dari panjang-pendek baris, jeda kata, dan susunan frasa.

Contoh ritme yang enak:

Aku pulang
membawa setumpuk kata
yang tak pernah bisa kuucapkan
di hadapanmu

7. Berikan Kejutan atau Twist Makna

Puisi yang baik sering kali memiliki “kejutan makna”. Sesuatu yang di awal tidak terduga, tapi di akhir membuat pembaca diam dan merenung.

Contohnya:

Aku mencintaimu
bukan karena kau sempurna
tapi karena aku tak tahu
bagaimana rasanya menjadi bebas

Baris terakhir itu membalik makna dari seluruh puisi.

8. Bacakan dan Revisi Berkali-kali

Langkah terakhir yang sangat penting adalah membaca ulang dan merevisi. Bacalah puisi kamu dengan suara keras. Rasakan nadanya. Apakah alirannya nyaman? Apakah ada kata yang terasa terlalu panjang atau tidak penting?

Puisi yang baik sering kali tidak jadi dalam sekali tulis. Bahkan penyair besar dunia bisa menghabiskan berhari-hari untuk menyempurnakan satu puisi pendek.

Jangan ragu memangkas, mengganti, atau menambahkan kata jika dirasa belum kuat.


9. Belajar dari Puisi-Puisi Yang Ada

Salah satu cara terbaik untuk mengasah kemampuan menulis puisi adalah dengan membaca puisi dari penyair besar. Perhatikan bagaimana mereka memilih kata, membangun suasana, menyampaikan emosi, atau menggunakan simbol.

Contoh penyair yang bisa kamu pelajari:

  • Pablo Neruda – romantik, sensual, penuh metafora
  • Emily Dickinson – sederhana tapi filosofis
  • Rupi Kaur – sangat modern, pendek tapi dalam
  • Lang Leav – kisah cinta yang lembut dan menyentuh
  • Sapardi Djoko Damono (dari Indonesia) – gaya sederhana tapi puitis


🔚 Penutup

Menulis puisi adalah proses merangkai kejujuran menjadi bentuk yang indah. Tidak ada rumus pasti, tapi ada prinsip yang bisa dipelajari. Jika kamu ingin puisimu diakui secara internasional, maka yang terpenting bukan sekadar gaya bahasa, tetapi keaslian suara, kekuatan emosi, dan kejujuran makna.

Jangan takut menulis. Jangan takut merasa. Terkadang puisi terbaik lahir bukan dari yang paling rapi tapi dari yang paling jujur.